Home

Hati Ini Semakin Tertaut

Leave a comment

Sudahlah,
Aku tak mungkin berharap lebih selama “ijab-qabul” belum kulakukan.
Biarlah Allah yang tahu kepada siapa hati ini merasa rindu…

Aku tahu apa yang harus kujalani, lebih dari sekedar membahagiakan. Mungkin “ia” berharap diperhatikan lebih– sampai sarapanpun ingin kuingatkan. Namun, aku selalu teringat mana yang hak bagiku. Meski terkadang hati ini ingin seperti orang lain yang hanya sekedar “berkawan” tetapi sudah sedemikian romantis. Tapi… aku tahu, bagaimana syariat menuntutku, bagaimana ia menjadi pedoman hidup. Tak semestinya melabuhkan sebuah kemesraan pada yang bukan sang empunya, dan yang berhak menerimanya.

Sudahlah,
Jika memang keberatan dengan sikapku, -dengan sangat egois- aku akan membiarkanmu menentukan pilihan. Ini jalan yang harus kutempuh, yang tak mungkin kutinggalkan hanya demi sebuah kata “perhatian”.

Sadarilah…
Memang aku yang harusnya sadar dengan keberadaanku. Siapa aku– siapa orang tuaku, bagaimana lingkunganku, darimana dan mau kemanakah aku… Aku jua yang harus tahu.

Ingatlah…
Tak banyak yang bisa kuperbuat selain menitipkan rasa ini pada Yang Maha Punya. Biarka Dia yang membinmbing alur hidup yang dijalani. Usah ragu dengan apa yang kita inginkan. Ia maha bijak memberi apa yang dibutuhkan.

Jika ragu dengan apa yang dipikirkan, berhentilah -atau usahakan- untuk yakin. Karena boleh jadi keraguan itu adalah bagian hidup yang sebenarnya keluar jalur sehingga tak bisa memastikan langkah selalu benar. Karena kebenaran itu menentramkan. Jika hati saja tidak membenarkan– masih meragukan, lalu apa yang sebenarnya terjadi. Jangan-jangan itu jalan yang salah, jalan yang selalu membuat ragu, menjadikan bimbang -tak pernah merasa nyaman- dengan keadaan. Selalu mempertanyakan kenapa? kenapa? dan kenapa?

Ketahuilah…
Jika Sang Pemilik hati meridhai, Ia akan biarkan hati ini terpatri. Terpaut pada aturan dan tuntunan.
Jangan biarkan hati ini menjadi ragu akan janjinya. Ath-Thayyibuun li ath thayyibaat….
(Ia ciptakan berpasang-pasangan…)

#Dan akan kubiarkan “rasa” ini mengalir… Tak akan kumulai sebelum aku benar-benar yakin.

Penjara Suci

2 Comments

Terkadang aku merasa lelah dengan kehidupan sementara ini. Hampir  setiap seginya penuh jebakan, tak sedikit karenanya, manusia terjatuh lantas terbuai kenikmatan sesaat. Inilah dunia dengan segudang tipu daya. Hati-hati mengarungi kehidupan disini, tak semua orang piawai dan pandai mencari peluang apalagi memanfaatkan sisi positif yang ada padanya.

Hari ini kembali kusadari, betapa…

Nisbi kehidupan ini, tegasNya “Boleh jadi kamu membenci sesuatu, padahal ia amat baik bagimu, dan boleh jadi (pula) kamu menyukai sesuatu, padahal ia amat buruk bagimu…”.
Berat harus kujalani tanpa bimbingan Sang pemilik dan sebaik-baik pembimbing (baca : Allah SWT).

Peran agama sangatlah penting, tanpanya entah apa yang terjadi, bahkan mungkin dunia tak kan ada lagi. Binasa karena ketiadaanya.

Mungkin hal ini akan sangat menyakitkan, apakah itu? Ingatkah kawan dengan  sebuah pesan baginda, “Barang siapa menyerupai suatu kaum, maka ia termasuk didalamnya (kaum tersebut)”

Miris, prihatin dengan apa yang terjadi dengan bangsaku belakangan ini, kehadiran idola-idola yang tak semestinya disambut dengan gairah yang membahana, tak heran, manusia (baca : fans) dibuat gelap mata, seolah tak tahu mana yang sebenarnya harus diidolakan. Satu-persatu mengutarakan alibi yang tak lazim, entah hanya sekadar suka – lebih dari itu, merelakan diri berdesakan dengan kawan lain yang satu prinsip, ya! Mungkin itu hanya mengejar tanda tangan, lebih jauh lagi hanya sekadar ingin melihat secara langsung.

Bukan masalah ketika mereka (baca : fans) beridentitas non muslim, kendati ajakan harus tetap dilakukan agar dekat dengannya Hidayah, yang membuat hati ini  teriris, mereka adalah pemuda-pemudi yang berlabel muslim. Beratnya, mungkin banyak yang hadr dan lupa diri, tak ingat  lagi apa kewajiban yang harus dijalani. Yang semakin menyakitkan, luapan semangatnya tersalurkan pada gemerlap hidup amoral. Muda-mudi bersatu tanpa batasan, seolah hidup tanpa aturan, dibenaknya hanya impian untuk bisa menyaksikan bagaimana “sang idola” puas memuntahkan bakat sebisanya. Jabatan tangan yang semula pantangan kini sudan jadi kebiasaan.

Ingat kawan, siapa kamu, siapa dia, siapa kita? Yang sebenarnya, cukup suka tak perlu rela, jika dipandang perlu.

Pahit jika kita terasing bagai burung dalam sangkar, mungkin ini alasanmu dengan duniamu saat ini. Takut dikatakan “Kuper” alias kurang pergaulan, kamu merasa makhluk beda planet dengan orang yang menikmati dunia dengan segala tipu daya penuh nista. Lebih parahnya merasa tak punya kawan lagi jika hidup lurus dan tak seirama dengan hegemoni kesesatan dan warna hiasan setan. Buram sudah mata hati, ketika jauh dari Sang Pemilik yang hakiki.

Aku yakin hati kecilmu mengakui itu jalan yang menyimpang, aku yakin kamu merasa itu pilihan yang tidak tepat, ya… dengan pergaulan tanpa batas yang seolah menggambarkan kamu berperan penting dalam suatu komunitas. “Jingkrak”an yang tampak konyol dan tak berarti. Dorong kiri kanan dengan tawa lepas. Aku tau teriakan histerismu itu palsu. Maka dari itu…

Jadilah pribadi seperti kamu yang sadar, kamu yang bermoral, paling tidak, jadilah kamu yang normal.

Memang dunia ini hanya “Penjara” bagi mereka yang takut dengan gaya hidup kekinian, gaya hidup penuh kebebasan.

Sebaliknya, dunia yang kini kita singahi adalah syurga bagi mereka yang hanyut dalam tipu dayanya, tenggelam dalam kebebasan.kebablasan yang berujung kesestan, keindahan semu yang terus membelenggu.

Ayo kawan, jangan takut terasingkan, kamu tak ketinggalan, kamulah satu-satunya harapan, kamulah yang selama ini jadi idaman, ya… bukan dia yang selama ini kamu idolakan. Kamulah!!!
jabat erat tanganku, mari kembali menata hidup. Bukan masa depan kita gemilang? Ya… kita akan menuju masa depan cerah yang selama ini jadi slogan. Kamu tentu tak terlambat, segera tatap serangkaian target agar bangsamu, kaummu menjadi generasi yang bermartabat. Semoga kita istiqamah dijalan yang Allah ridhai. Semoga kita tetap mengidolakan baginda yang kelak memberi syafaat.

Kairo, April 2012
Seusai melihat liputan bagaimana kawan-kawan di Tanah air mengikuti salah satu konser besar idolanya dari negeri tetangga.