Lady Gaga
Entah benar atau tidak, saya tak begitu mengikuti info yang beredar. Kabarnya penyanyi luar negeri itu diundang hadir di negara yang mayoritas muslim. Kontan, khalayak yang mengetahui cara ia tampil akan langsung menolak. Salah satu alasan penolakannya adalah sosoknya yang katanya “erotis” dan bergaya tidak sesuai dengan budaya ketimuran. Ya, mungkin saja ini terjadi. Walau bagaimanapun Indonesia banyak dihuni macan baik yang kapanpun bisa menerkam pengusiknya.
Secara pribadi, saya tak mau ambil pusing masalah ini– selama kondisinya memungkinkan. Segala sesuatunya mungkin dilakukan. Misalnya meminta lady Gagap bernyanyi kasidah dan berbusana muslim, hmm. Mungkin? Barangkali saja ia dapat hidayah. atau gaya lain yang dinilai sopan.
Perlahan saya dan saudara muslim lainnya akan merasa terusik dengan kehadiran sosok yang muslimah pun bukan. Apalagi dia berpenampilan tidak sesuai dengan paham yang selama ini dianut bangsa Indonesia. Meski kecil, kami tetap punya prinsip, tolong hargai itu. Tak usah merasa paling modern. Kehadiran yang sangat tidak tepat! Tentu anda (baca : lady) salah memilih kondisi. Silakan saja mengadakan konser tapi tidak untuk saat ini dan tidak di Indonesia.
Saya
Nah… nah… kita curhat sebentar. 😀
Belakangan hal klasik yang kembali datang, sebut saja permasalahan. Saya yang hampir trauma dengan masalah seperti ini tentu tak mau terjebak dalam masalah yang sama. Yang karena terlalu gegabah mengambil sikap– akhirnya Gagal.
Oke biar lebih mudah diingat, kita ganti ya, sebut saja lady Gaga(L).
Nah lhooo… bingung kan! Maksudnya apa??? 2 d point aja deh ya…
Baru-baru ini ada permasalahan perihal pertanyaan seseorang mengenai kesediaan saya untuk menikah. Jawabannya apa kira-kira?
Tentu saya jawab tidak siap. Walaupun sebenarnya saya mau menikah, tapi saya sadar, saya belum mampu. Bukankah kemampuan itu sangat penting keberadaanya lebih dari sekedar kemauan? Bahkan dengan singkat saya menjawab, biar takdir yang menjawab dan semua akan indah pada waktunya.
Mungkin, bagi yang menanggapi dengan emosi atau dan tanpa ketulusan hati akan timbul banyak kecurigaan. Bisa saja mengatakan saya ini pecundang, atau paling tidak ia akan mendapati “saya” seorang yang malas mengusahakan hal semacam ini. atau paling sederhana mengira saya tidak serius.
Oke, tak masalah. Silakan berpendapat; dan saya tidak terlalu ambil pusing. Yang terpenting, saya tahu kadar kemampuan diri, sehingga dengan mudah merespon permasalahan yang sangat fundamental ini. Bagaimana tidak, saya tak boleh gegabah dengan sesuatu mengenai pernikahan. Ini tak bisa diputuskan sepihak, ini urusan menghalalkan yang haram, ini juga urusan masa depan.
Terlalu dini untuk menikah dengan ketidakmapanan. Kalaulah ini sebuah tawaran. Tentu akan ditolak secara halus. Satu kata– “waktu”. Ya waktunya yang tidak tepat. Anda bisa bayangkan, seorang laki-laki yang mapan sekalipun terkadang tak buru-buru memutuskan untuk menikah– apalagi saya yang belum mampu.
Korelasi antara Saya dan Lady Gaga
Keduanya hadir ditengah kondisi yang tidak tepat. Ruang maupun waktu yang tidak tepat. Mungkin waktunya yang terlalu cepat, mungkin juga tempatnya yang tidak pas, atau keduanya tidak sesuai.
Sekali lagi saya pertegas. Nikah bukan saja masalah mau. Ia perlu waktu… saya juga akan menikah, bahkan merencanakannya jauh-jauh hari. Tapi bukan sekarang dan dalam jangka waktu dekat ini. Pendidikan, salah satu alasan yang mudah-mudahan bisa dipahami. mari menanggapi secara dewasa. saya akui saya sering bergurau perihal pernikahan. tapi dalam prakteknya, tak ada unsur main-main! ini masalah dunia dan akhirat.
Saya pahami, menundanya bukan persoalan yang mudah. tapi tak berarti harus buru-buru. Kendatipun dipaksa saya akan menolak sebijak mungkin. Kelak saya akan buktikan kalau “pendidikan” lebih saya pikirkan daripada hanya sebuah “pengharapan” yang belum pasti. Baik pendidikan maupun pernikahan, keduanya harus ditanggapi serius. Keduanya tak boleh main-main. Tapi setiap orang punya prioritas– yang terkadang (mungkin) tidak diketahui kecuali oleh yang empunya.
sekian dan terimakasih..
euleuh… itu yang baca meni serius gituh, hehehe!!
haha, tertipu.. :p
saat ia kembali hadir
Kairo, 17 Mei 2012
Hamzan Musthofa
azfiamandiri
May 17, 2012 @ 10:28:45
Adakalanya kesiapan ada,tp kepantasan belum ada. Dan adakalanya kepantasan ada, tp kesiapan belum ada. Namun yg pasti, kepantasan dan kesiapan akan bertemu disaat yg tepat.
Percayalah, semua akan indah pd waktunya . .. 🙂
kanghamzan
May 17, 2012 @ 18:29:00
siip… semogasegera datang “waktu” dan “indah”nya… hehe
ila rizky nidiana (@ila_rizky)
May 17, 2012 @ 16:42:58
yang lebih penting justru bukan di kemapanan, tapi mental. karena ketika nanti nikah akhirnya dihadapkan pada the real life. bukan lagi tentang sosok semu dalam bayangan kita, tapi yang sesungguhnya. mungkin jadinya malah bayangan sosok yang ideal itu jadi tidak ideal lagi. 😀
hihi, sante aja, kalo jodoh ntar ga kemana XD
kanghamzan
May 17, 2012 @ 18:27:34
wah.. pelajaran baru (buat saya)… semoga saranya segera teruji Mbak, hehe Silakan buktikan dengan menikah… 😀 saya nyusul… 🙂