Kairo malam ini. Jam dinding menunjukan waktu pukul 00 : 48 Clt. Biasanya memang ini waktu yang ideal untuk istirahat, tapi malam ini malah sebaliknya. Jangankan tidur pulas, dian untuk sekadar duduk-duduk santai saja tak bisa. Bukan tanpa alasan, malam ini sepertinya ada yang pesta. Nikahan? Ya, mungkin resepsi pernikahan. Layaknya di Tanah air, pernikahan dirayakan semeriah mungkin. Ada sesuatu yang masih sulit ku ikuti, sampai saat ini aku belum bisa beradaptasi dengan hal ini.

Di Mesir, pesta pernikahan lazim dilakukan malam hari. Tak apa jika memang seperti di Indonesia, acaranya jelas, entah itu kirab pengantin, atau hanya sekedar temu kangen sanak famili. Tapi disini (Baca : Mesir), aku harus mencari penutup teling atau bahkan mencari pengungsian, kenapa? Musik yang biasanya mereka putar mengeluarkan suara yang sangat tidak nyaman. Bukan karena irama yang tidak jelas. Rasanya baru disini tombol volume berada pada titik maksimal, walhasil– telinga ini harus benar benar ditutup, jika tidak, mungkin aku akan merasakan sakit telinga yang parah (lebaaaaaaay).

Tahukah kawan bagaimana saat ini aku menulis? Aku saat ini berhelm layaknya pembalap– dan itupun belum cukup menutupi suara yang terus memaksaku mendengarkan musik yang sangat tidak enak. Jari-jariku menekan keyboard laptop dengan keras, seolah membuktikan bahwa aku benar-benar kesal dengan keadaan seperti ini.

Egois sekali orang Mesir ini. Tak bisakah mereka memutar lagu-lagu kebanggaanya -yang super tidak enak didengar- dalam volume yang wajar? Apalagi ini sudah sangat larut. Hmmmm. Kalau saja aku tahu malam ini akan ada pesta semacam ini, tadi siang aku pergi meningalkan rumah. Sekedar ingin menikmati istirahat malam. Kalau seperti ini, tak banyak yang bisa kulakukan selain ikut berteriak atau berjalan kesana kemari umtuk menghilangkan jengkel.

Ibroh, kita memang punya hak untuk memutar musik sesuka hati, tapi ingat hak orang lain… jangan sampai terganggu,  pernikahan yang semula mengharapkan keberkahan malah bisa mendatangkan kemudharatan.